Cerita Masa Lalu
Waktu dulu kuliah S1 Teknik Informatika tahun 2004 saya cukup rajin untuk mendokumentasikan perkuliahan sampai dengan awal 2010. Kenapa bisa sampai enam tahun, karena awalnya saya ambil D3 Teknik Informatika, kemudian di tahun ke-3 saya memiliki inisiatif untuk lompat ke S1 Teknik Informatika dengan alasan “nanggung” padahal bingung mau ngapain 😁.
Sedikit flashback, kenapa saya ambil jurusan Teknik Informatika, karena saya paham apa yang saya inginkan, bukan sekedar ikut-ikutan trend! Motivasinya tumbuh ketika sejak kelas 6 SD saya diperkenalkan dengan MS-DOS, lalu lanjut ke Windows 3.1, dan seterusnya. Ketika SMP, Ayah saya mulai memperlihatkan bagaimana cara merakit PC, lambat laun mulai dilibatkan juga, dan ketika SMA saya sudah jago merakit PC, install OS, software, scripting, dan seterusnya.
Kenapa Teknik Informatika
Karena sudah terpapar teknologi dari kecil, waktu itu saya pikir “berarti saya harus jadi lulusan ilmu komputer”. Sempat daftar di POLBAN (Politeknik Bandung) karena ITB gak kesampaian 😁. Tapi di POLBAN pun saya tidak lolos, disitulah saya sadar bahwa pengetahuan SMP sampai SMA itu berguna sekali untuk membangun fundamental knowledge dan skill di science.
Ya sudah akhirnya mau gak mau harus masuk ke universitas swasta dan pada saat itu yang cukup terkenal adalah UNIKOM 🎉. Masuk ke pemilihan jurusan, seingat saya ketika tahun 2004 itu tidak ada jurusan ilmu komputer, yang ada adalah Teknik Komputer dan Teknik Informatika. Karena saya sudah paham mau kemana, yaitu ingin fokus di perangkat lunak, maka saya memilih Teknik Informatika.
Perkuliahan
Sejak kuliah saya serius mempelajari pemrograman khususnya di level implementasi. Saya memperdalam teorinya sambil jalan, karena lebih suka praktik dulu. Secara gak sadar dulu pakai konsep FCP tapi di balik, ngaco sih sebenernya 😁. Tapi di masa kini kita tau ada yang dikenal dengan nama Learning how to learn. Jadi tidak ada solusi mutlak tentang satu metode belajar yang efektif untuk semua orang.
FCP adalah Fundamental, Conceptual, Practical. Sedangkan waktu itu saya cara belajarnya adalah sedikit konsep, banyak praktik. Setelah paham implementasinya, baru mundur lagi ke konsep dan ke fundamental.
Bisa dibilang saya salah satu yang terdepan dalam hal praktik pemrograman. Karena didasarkan dengan rasa suka, maka ketika ada kesulitan pun tetap menyenangkan. Segala macem di oprek, PC rusak bisa benerin sendiri, OS error bisa troubleshoot sendiri.
Jejak
Setiap semester saya buat folder di laptop saya untuk mengelompokan data. Dan disetiap folder saya berikan semacam label. Awalnya tidak ada labelnya, kalau tidak salah label ini saya berikan ketika semester empat atau lima. Sebetulnya sudah agak lupa tentang makna setiap label ini tapi coba saya deskripsikan seingat saya.

- Semester_1 (Dummy): masih polos banget, antusias tinggi, rasa penasaran sangat tinggi.
- Semester_2 (Doesn’t Have Skill): merasa masih banyak kekurangan
- Semester_3 (No Changing): entah kenapa labelnya seperti ini mungkin pada saat itu, masih merasa banyak yang harus di kejar dan di tingkatkan
- Semester_4 (A Little Bit Up): sepertinya merasa lebih baik karena sudah banyak pencapaian khususnya dalam hal tugas-tugas pemrograman yang bisa di kerjakan dengan sedikit effort tapi hasil maksimal
- Semester_5 (My Mind Thinking Better): sepertinya disini makin pede dengan skill dan pengetahuan yang dimiliki (kayanya disini kena efek Dunning Kruger 😅)
- Semester_6 (Complicated Life): Sepertinya disini ketika saya diberikan kesempatan untuk lanjut ke S1 tanpa menyelesaikan D3, tapi juga bingung dengan kondisi keuangan
- Semester_7 (More Complicated Life): Lupa nih, sepertinya disini ada seseorang yang disukai, sehingga ada penurunan performa belajar, malah sibuk PDKT 😅
- Semester_8 (Who Am I): sepertinya di semester ini saya mulai mempertanyakan masa depan dengan lebih serius, habis ini mau kemana, kalau begini bagaimana, kalau begitu bagaimana, dan lain-lain
- Semester_9 (Try To Come Up): dapat dukungan dari orang terdekat, mantan pacar yang sekarang sudah jadi istri 😁, jadi dapat tujuan baru, dapat proyekan bareng dosen jadi punya uang lebih untuk sering jalan-jalan
- Semester_10 (I Don’t Know): tapi yang namanya hidup kan gak lurus-lurus aja ya, ada aja masalahnya. Lagi asik ngerjain proyekan bareng dosen, tapi juga harus kejar skripsi. Saya tidak termotivasi untuk segera lulus
- Semester_11 (Its Must End Now): mantan pacar (sekarang istri) udah lulus duluan, bilang ke saya “masa mau gini terus, harus di selesain donk, kuliah beresin!” 😅
Karakter “Organized Person”
Saya memahami salah satu karakteristik saya sendiri yaitu “I’m an organized person” khususnya dalam hal perkuliahan atau pekerjaan. Kalau di tarik lagi ke belakang, setelah saya pikir-pikir mungkin saya tertular Ayah saya yang lebih “well-organized” dalam cakupan yang lebih variatif atau luas. Sebagai anak kecil pastinya rata-rata kita belajar dengan cara melihat dan mencontoh.
Nah, dari situ kita harus paham nih, bahwa “organized things” ada levelnya, jadi belum tentu orang yang bisa organized dalam satu hal akan organized dalam hal lain juga.
Pesan
Gak ada pesan khusus di tulisan kali ini, sekedar ingin share aja, mungkin ini random things, tapi semoga bisa ada kesan positif buat kamu yang sudah baca 😊.
Photo by ROCCO STOPPOLONI on Unsplash