Pagi 4 Agustus 2025, saya melakukan olahraga ringan di rumah sambil mendengarkan soft instrumental. Di sela kegiatan tiba-tiba ada yang terlintas di pikiran, suatu kata-kata, sepertinya hati kecil saya ingin mengungkapkan sesuatu kepada diri saya sendiri. Kata-katanya kurang lebih seperti ini:

Bukan seberapa banyak yang kamu lakukan
Tapi seberapa dekat kamu dengan tujuan kamu
Apapun yang kamu lakukan itu adalah yang dibutuhkan
Tapi memenuhi tujuan adalah keharusan

Bisa jadi kata-kata itu ada kesamaan dengan orang lain, entah dari mana, tiba-tiba saja muncul.

Sering kali kita terjebak dalam “kesibukan” atau banyaknya aktivitas, tetapi tidak sadar apakah aktivitas itu membawa kita semakin dekat dengan tujuan inti hidup kita. Hidup yang penuh makna bukan tentang jumlah aktivitas, tetapi relevansi setiap tindakan dengan panggilan hati atau tujuan besar kita. Ini mengajak kita untuk terus introspeksi, “Apakah saya benar-benar maju ke arah yang benar?”

Setiap langkah adalah pengalaman belajar. Otak manusia beradaptasi atas dasar pengalaman, bahkan “kesalahan” atau jalan memutar adalah bagian penting dari proses pembelajaran. Tidak ada pengalaman yang sepenuhnya sia-sia karena semua meninggalkan jejak dalam memori dan berpengaruh terhadap pembentukan pola pikir.

Penyesalan mungkin ada, tapi semua adalah bagian dari perjalanan hidup, yang terpenting adalah sadar, belajar, dan beradaptasi, bukan menyesali atau menyalahkan diri sendiri.

Manusia memiliki dorongan alami untuk merasa bahwa hidupnya bermakna dan ada arah. Ketika tujuan hidup jelas, otak akan memfilter informasi, memotivasi tindakan, dan menjaga fokus dalam jangka panjang.

Mencapai tujuan utama hidup bukan hanya pilihan, melainkan “keharusan” yang menciptakan kepuasan pribadi. Tanpa keberanian menegaskan tujuan, hidup terasa hambar dan mudah kehilangan arah.

Author

Software Engineering Manager, Software Engineer, AI Product Engineer, Generative AI Enthusiast.

Write A Comment